Pages

Selasa, 22 Februari 2011

SUDAHKAH KITA SADARI???


SUDAHKAH KITA SADARI???
by : Ummu Murtadlo

Dulu ketika saya masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah, saya mempunyai seorang teman yang bandel, sebut saja Lia. Sebenarnya dia anak yang baik, tapi entah mengapa dia jarang mentaati peraturan sekolah. Sering datang terlambat dan sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Ada seorang teman saya yang lain, sebut saja Rahma, mengeluh kepada saya karena tidak tahan sebangku dengan Lia. Taukah Anda mengapa?

Di sekolahan saya, ada peraturan untuk berbicara Bahasa Arab setiap hari Senin dengan tujuan supaya lidah kami sedikit familiar dengan bahasa tersebut. Setiap siswa diwajibkan mencatat kesalahan dan pelanggaran teman sebangkunya dalam berbicara bahasa Arab. Teman saya Rahma, tidak tahan karena Lia sering melakukan kesalahan dengan sengaja sehingga Rahma bingung, berapa kesalahan yang harus ia catat dengan sebab banyaknya kesalahan yang dilakukan Lia. Dan akibat perbuatan Lia, Rahma sering mendapat sangsi yang tidak ringan, yaitu menguras kamar mandi dan terkadang membuat karangan dengan bahasa Arab, karena guru kami tidak sependapat dengan sikap Rahma yang tidak mengingatkan Lia. Ketika saya tanyakan kepada Rahma mengapa dia tidak mengingatkan Lia, Rahma mengatakan bahwa dia takut Lia marah. Dari situ saya mengambil hikmah, bahwa bisa jadi kesalahan orang lain bisa memberikan dampak negatif kepada kita. Untuk dampak yang dirasakan teman saya Rahma mungkin terbilang kecil, tapi bagaimana jika itu berkaitan dengan dosa dan siksa neraka?
Rosulullah sas bersabda,
عَنِ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ رَضِيَ الله عنهما عَنِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- قاَلَ:« مَثَلُ الْقَائِمِ فِيْ حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَصَارَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَ بَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِى فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ فَمَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ، فَقَالُوْا : لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ تَرَكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا ». رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ
Artinya:
Dari Nu’man bin Basyir r.a dari Nabi sas, beliau bersabda : <Permisalan orang yang berpegang teguh dengan batasan-batasan Allah dan orang yang terjerumus ke dalamnya seperti suatu kaum yang berundi pada sebuah kapal. Maka jadilah sebagian mereka di bagian atas kapal, dan sebagian yang lain berada di bagian bawah kapal. Maka adapun orang yang berada di bagian bawah kapal apabila mereka mengambil air, maka mereka melewati orang yang berada di bagian atas. Maka orang-orang yang berada di bagian bawah mengatakan, “Andai kita melubangi pada bagian kita akan suatu lubang, kita tidak mengganggu orang yang berada di atas kita”. Jika orang yang berada di bagian atas membiarkan orang yang berada di bagian bawah kapal dan membiarkan apa yang mereka inginkan, mereka semua pasti binasa. Dan jika yang berada di bagian atas mengambil tangan-tangan orang yang berada di bawah, mereka selamat dan mereka semuanya selamat>. HR. Bukhori.
Dari hadits tersebut dapat dipahami, bahwa jika kita membiarkan orang lain berbuat maksiat tanpa ada pencegahan, maka bisa jadi kita akan menerima akibat dari apa yang telah dilakukan oleh orang lain tersebut meskipun kita tidak ikut serta melakukannya entah secara langsung atau tidak. Karena ketika kita melihat kemungkaran tersebut, kita tidak mencegahnya. Dengan berlangsungnya kemaksiatan yang tidak dicegah tersebut, melahirkan generasi-generasi pelaku maksiat yang baru dan itu akan terus dan terus berkembang. Itulah mengapa Islam mewajibkan adanya Amar ma’ruf Nahi Munkar, menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Karena jika tidak dilakukan, kemaksiatan akan menjamur, sehingga adzab Allah lah yang akan datang.
Jadi jika kita mendapatkan suatu musibah dalam hidup, jangan pernah mengatakan, “Apa salah saya sehingga saya mendapat cobaan seperti ini!” Tapi coba kita selesaikan musibah tersebut dan merenung kembali, mungkin datangnya cobaan bukan hanya karena dosa kita, tapi juga kelalaian kita pada kemaksiatan yang meraja di sekitar kita dan kita belum membuka mata. Itu seirama dengan jika Anda makan timun, jika dimakan terasa pahit, cari penyebabnya, jangan mengatakan, “Mengapa seperti itu tercipta di dunia.”
Dengan itu, mulai detik ini mari kita membuka lembaran-lembaran kehidupan yang lalu dengan tujuan mempelajari untuk menyusun lembaran-lembaran baru yang lebih baik. Barangkali ketidaksuksesan kita dalam berkarir karena ada rekan yang bekerja sama dengan kita dan dia menempuh cara yang tidak halal. Mungkin bencana alam yang terjadi seperti gempa dan sunami karena ketidakpedulian kita akan pendidikan agama di kalangan masyarakat serta kelalaian kita akan kewajiban untuk Amar Ma’ruf nahi munkar. Karena keburukan hanya datang dari manusia, dan yang datang dari Allah tidak lain hanyalah kebaikan semata. Memang, hidayah hanya datang dari Yang Kuasa, tapi kita sebagai muslim wajib berusaha dan menyeru pada kebaikan semampu kita. Kita hanya berusaha dan Allah penentu segalanya.
Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About