MUKADIMAH
Saat membaca hadits-hadits yang berkenaan dengan wasiat Rasulullah saw.
kepada sebagian para sahabat seperti Abu Hurairah, Abu Dzar, dan Anas bin
Malik, atau yang lainnya ra.m, mengingatkan kita kepada sebuah kaidah yang
dituliskan oleh Syaikh Abdul Hamid Hakim dalam kitab beliau, As-Sullam (hal.
19):
اَلْخِطَابُ الْخَاصُّ بِوَاحِدٍ مِنَ اْلأُمَّةِ يُفيْدُ الْعُمُوْمَ حَتَّى
يَدُلَّ الدَّليْلُ عَلَى الْخُصُوْصِ .
“Khitab (arah pembicaraan) yang
secara khusus ditujukan kepada seseorang dari umat itu berlaku umum sampai
ditemukan dalil yang menunjukkan kekhususan.”
Dengan demikian, wasiat-wasiat yang ditujukan khusus kepada sahabat
tertentu, selagi tidak ada dalil yang menunjukkan kekhususannya, maka
wasiat-wasiat tersebut berlaku juga untuk umat Muhammad saw.
RAHASIA DIBALIK ENAM WASIAT SUCI RASULULLAH
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى
اللهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ
صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ
عَلَى وِتْرٍ .
Abu Hurairah berkata,
Kekasihku berwasiat kepadaku dengan tiga perkara. Selamanya aku tidak akan
meninggalkannya sampai aku mati. 1. Puasa tiga hari pada tiap bulan, 2.
Shalat Dluha, 3. Shalat witir sebelum tidur.” HR Al-Bukhari [1].
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ إِنَّ خَلِيلِى أَوْصَانِى أَنْ أَسْمَعَ وَأُطِيعَ
وَإِنْ كَانَ عَبْدًا مُجَدَّعَ الأَطْرَافِ وَأَنْ أُصَلِّىَ الصَّلاَةَ
لِوَقْتِهَا « فَإِنْ أَدْرَكْتَ الْقَوْمَ وَقَدْ صَلَّوْا كُنْتَ قَدْ
أَحْرَزْتَ صَلاَتَكَ وَإِلاَّ كَانَتْ لَكَ نَافِلَةً ».
Abu Dzar berkata,
“Kekasihku berwasiat kepadaku supaya aku mendengar dan mentaati (pemimpin)
meskipun dia seorang budak yang anggota tubuhnya terpotong (cacat), dan supaya
aku shalat tepat pada waktunya. ‘Jika engkau mendapati kaum itu telah
melakukan shalat, maka engkau telah menjaga shalatmu. Kalau tidak demikian
(yaitu mereka belum melaksanakan shalat, kemudian engkau shalat lagi bersama
mereka), maka shalat itu menjadi nafilah bagimu.” HR Muslim [2].
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ إِنَّ خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- أَوْصَانِى «
إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ
جِيرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ ».
Abu Dzar berkata,
Sesungguhnya kekasihku saw. berwasiat kepadaku “Apabila engkau memasak sayur
maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian perhatikanlah rumah-rumah tetanggamu,
lalu bagilah sayur itu kepada mereka dengan baik (secara merata).” HR Muslim [3].
Dari tiga hadits di atas, kita dapatkan enam wasiat Nabi Muhammad Rasulullah
saw.. Mari kita kupas bersama rahasia yang tersembunyi di balik keenam wasiat
tersebut satu persatu. Bismillah....
RAHASIA WASIAT SUCI PERTAMA
_Puasa Tiga Hari Pada Tiap Bulan_
Bagaikan Puasa
sepanjang masa
مَنْ صَامَ مِنْ كُلِّ
شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ تَصْدِيقَ ذَلِكَ فِي كِتَابِهِ { مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ
أَمْثَالِهَا } الْيَوْمُ بِعَشْرَةِ أَيَّامٍ .
“Barangsiapa yang berpuasa tiga
hari pada tiap bulan, maka yang demikian itu bagaikan puasa sepanjang masa.”
Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat yang membenarkan hal tersebut dalam
kitabnya (Al-Qur’an) “Barangsiapa yang berbuat kebaikan, maka baginya pahala
sepuluh kali semisalnya” (maksudnya) satu hari (dihitung) dengan sepuluh hari. HR
At-Tirmidzi dari Abu Dzar [4],
hadits shahih.
RAHASIA WASIAT SUCI KEDUA
_Shalat Dluha_
Ciri Ahli Taubat
« لاَ يُحَافِظُ عَلىَ صَلاَةِ الضُّحَى
إِلاَّ أَوَّاب » قال : « وَهِيَ صَلاَةُ اْلأَوَّابِيْن »
“Tidaklah melazimi shalat dluha melainkan ahli taubat
(orang yang senantiasa bertaubat kepada Allah). Dan ia merupakan shalatnya para
ahli taubat.” HR Al-Hakim [5] dari
Abu Hurairah ra, hadits hasan.
Ahli Taubat Shalat di waktu terik matahari mulai panas
صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ
حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ .
“Shalat para ahli taubat adalah saat unta-unta kecil itu
mulai kepanasan (karena tersengat terik matahari).” HR Muslim [6]
dari Zaid bin Arqam.
Jumlah Rekaat Shalat Dluha
عَنْ مُعَاذَةُ أَنَّهَا
سَأَلَتْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي صَلَاةَ الضُّحَى قَالَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ
وَيَزِيدُ مَا شَاءَ .
Muadzah ra. pernah bertanya kepada Aisyah ra. tentang
berapa rekaat Shalat Dluha yang dilakukan Rasulullah saw. Aisyah menjawab:
“Empat Rekaat, dan kadang-kadang menambah sekehendak beliau.” HR Muslim [7].
Mencukupi Sedekah Kewajiban Sedekah atas Setiap Ruas
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ
سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ
تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ
وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ
ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى .
“Tiap-tiap ruas salah seorang
dari kalian itu berpagi-pagi dengan beban sedekah padanya. (ketahuilah) Setiap
ucapan tasbih itu merupakan sedekah. Setiap ucapan tahmid itu merupakan
sedekah. Setiap ucapan tahlil itu merupakan sedekah. Setiap ucapan takbir
merupakan sedekah. Amar makruf dan Nahi Munkar juga merupakan sedekah. Dan
mencukupi semua (kewajiban/beban sedekah) itu dengan shalat dua rekaat di waktu
dluha.” HR Muslim [8]
.
Jaminan Kecukupan dari Allah
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي أَوَّلِ
نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ .
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Wahai keturunan Adam,
janganlah engkau tinggalkan shalat empat rekaat di permulaan siangmu, niscaya
aku cukupi engkau hingga akhirnya (siang).” HR Abu Dawud [9]
dari Nu’aim bin Hammar ra, hadits shahih.
Sebagian ulama menafsirkan “Aku Cukupi.. (Akfika)” bahwa
Allah menjaganya dari gangguan dan segala kejadian yang membawa madlarat. Ada
yang mengatakan juga, bahwa Allah menjaganya dari terjerumus kepada perbuatan
dosa dan Allah akan memberikan maaf ketika dia ternyata melakukan dosa tersebut,
wallahu a’lam.
Bangunan Megah nan Indah di Jannah
" مَنْ صَلَّى الضُّحَى
أَرْبَعًا، وَقَبْلَ الأُولَى أَرْبَعًا بنيَ لَهُ بِهَا بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
".
“Barangsiapa shalat Dluha empat rekaat dan sebelum dhuhur
empat rekaat, niscaya Allah membangun baginya sebuah rumah di dalam jannah.” HR
At-Thabarani dalam Al-Ausath [10]
dari Abu Musa ra, hadits hasan.
RAHASIA WASIAT SUCI KETIGA
_Witir Sebelum Tidur_
Kenapa Rasulullah Berwasiat kepada Abu Hurairah supaya
Shalat Witir sebelum Tidur?! (Lihat hal. 1)
Dalam kitab Aunul Ma’bud (3/365) Syarah Abu Dawud
dinyatakan:
إِنَّمَا أَمَرَهُ
بِتَقْدِيمِ الْوِتْر عَلَى النَّوْم لِأَنَّهُ كَانَ لَا يَثِقُ عَلَى
الِانْتِبَاهِ .
Nabi menyuruhnya (Abu Hurairah) untuk mendahulukan shalat
witir sebelum tidur karena dia tidak dapat (mampu) bangun (untuk shalat witir
di akhir waktu malam).
Mayoritas ulama berpendapat bahwa orang yang tidak mampu
bangun di akhir waktu malam untuk shalat witir, maka dihasung untuk
mendahulukan shalat witir sebelum tidur. Adapun orang yang yakin bahwa dia
mampu bangun di bagian waktu malam yang terakhir maka shalat witir di akhir
malam itu lebih afdlal baginya, wallahu
a’lam.
Witir di Akhir Malam lebih Afdlal dan Disaksikan oleh Malaikat
Rahmat
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ
مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ
فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ
أَفْضَلُ .
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang takut tidak
dapat bangun di akhir malam, maka hendaklah dia shalat witir di awal malam. Dan
barangsiapa yang berkeinginan kuat (yakin) untuk dapat bangun di akhir malam,
maka hendaklah dia shalat witir di akhir malam. Sesungguhnya shalat di akhir
malam itu disaksikan [11]
dan itu lebih afdlal (utama). HR Muslim [12]
dari Jabir ra.
Shalat Witir Merupakan Sunnah Rasulullah saw. dan Disukai
oleh Allah
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ
الْوِتْرُ لَيْسَ بِحَتْمٍ كَصَلَاتِكُمْ الْمَكْتُوبَةِ وَلَكِنْ سَنَّ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ
الْوِتْرَ فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ .
Ali ra. Berkata, Shalat witir itu tidak wajib sebagaimana
shalat maktubah, akan tetapi Rasulullah saw. menyunahkannya. Dan beliau
mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu witir (Esa, tidak ada yang menyerupainya
dan tidak ada sekutu baginya), menyukai shalat witir. Maka lakukanlah shalat
witir wahai pemilik Al-Qur`an.” HR At-Tirmidzi [13]
dari Ali ra, hadits shahih.
Allah menyukai shalat witir artinya Allah akan
menerimanya dan memberikan pahala kepada orang yang mau melakukannya.
Ahli
Al-Qur`an yang dimaksud adalah orang-orang beriman. Siapa saja yang beriman
terhadap Al-Qur`an, maka dia termasuk di dalamnya. Sama saja dia pernah/bisa
membacanya ataupun tidak. Adapun yang dinamakan ahli Al-Qur`an yang sempurna
adalah orang yang bisa membacanya, menghafalnya, memahami isinya dan
mengamalkannya.
[1] Shahih Al-Bukhari,
jld. 1, jz. 2, hal. 247, h. 1178.
[3] Shahih Muslim, jz. 3, hal. 2025, h. 143.
[4] Sunan At-Tirmidzi, jz. 4, hal. 83, h. 762.
[5] Al-Hakim, jz. 1, hal. 424, h. 1211.
[6] Shahih Muslim, jz. 1, hal. 515, h. 143/748.
[7] Shahih Muslim, jz.
1, hal. 497, h. 78/719.
[8] Shahih Muslim, jz.
1, hal. 498-499, h. 84/720.
[9] Sunan Abu Dawud,
jz. 2, hal. 558-559, h. 1289.
[10] Al-Mu’jam Al-Ausath,
h. 4753 (Maktabah Syamilah)
[11] Disaksikan oleh Malaikat Rahmat (lihat Syarah Nawawi ala shahih Muslim: jz.
3, hal. 93)
[13] Sunan At-Tirmidzi,
jz. 2, hal. 244, h. 452.
0 komentar:
Posting Komentar