Pages

Minggu, 25 Januari 2015

Menyingkap Rahasia Wasiat Nabi



MUKADIMAH

Saat membaca hadits-hadits yang berkenaan dengan wasiat Rasulullah saw. kepada sebagian para sahabat seperti Abu Hurairah, Abu Dzar, dan Anas bin Malik, atau yang lainnya ra.m, mengingatkan kita kepada sebuah kaidah yang dituliskan oleh Syaikh Abdul Hamid Hakim dalam kitab beliau, As-Sullam (hal. 19):
اَلْخِطَابُ الْخَاصُّ بِوَاحِدٍ مِنَ اْلأُمَّةِ يُفيْدُ الْعُمُوْمَ حَتَّى يَدُلَّ الدَّليْلُ عَلَى الْخُصُوْصِ .
“Khitab (arah pembicaraan) yang secara khusus ditujukan kepada seseorang dari umat itu berlaku umum sampai ditemukan dalil yang menunjukkan kekhususan.”
Dengan demikian, wasiat-wasiat yang ditujukan khusus kepada sahabat tertentu, selagi tidak ada dalil yang menunjukkan kekhususannya, maka wasiat-wasiat tersebut berlaku juga untuk umat Muhammad saw.

RAHASIA DIBALIK ENAM WASIAT SUCI RASULULLAH

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى اللهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ .
Abu Hurairah berkata, Kekasihku berwasiat kepadaku dengan tiga perkara. Selamanya aku tidak akan meninggalkannya sampai aku mati. 1. Puasa tiga hari pada tiap bulan, 2. Shalat Dluha, 3. Shalat witir sebelum tidur.” HR Al-Bukhari [1].
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ إِنَّ خَلِيلِى أَوْصَانِى أَنْ أَسْمَعَ وَأُطِيعَ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا مُجَدَّعَ الأَطْرَافِ وَأَنْ أُصَلِّىَ الصَّلاَةَ لِوَقْتِهَا « فَإِنْ أَدْرَكْتَ الْقَوْمَ وَقَدْ صَلَّوْا كُنْتَ قَدْ أَحْرَزْتَ صَلاَتَكَ وَإِلاَّ كَانَتْ لَكَ نَافِلَةً ».
Abu Dzar berkata, “Kekasihku berwasiat kepadaku supaya aku mendengar dan mentaati (pemimpin) meskipun dia seorang budak yang anggota tubuhnya terpotong (cacat), dan supaya aku shalat tepat pada waktunya. ‘Jika engkau mendapati kaum itu telah melakukan shalat, maka engkau telah menjaga shalatmu. Kalau tidak demikian (yaitu mereka belum melaksanakan shalat, kemudian engkau shalat lagi bersama mereka), maka shalat itu menjadi nafilah bagimu.” HR Muslim [2].
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ إِنَّ خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- أَوْصَانِى « إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ ».
Abu Dzar berkata, Sesungguhnya kekasihku saw. berwasiat kepadaku “Apabila engkau memasak sayur maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian perhatikanlah rumah-rumah tetanggamu, lalu bagilah sayur itu kepada mereka dengan baik (secara merata).” HR Muslim [3].
Dari tiga hadits di atas, kita dapatkan enam wasiat Nabi Muhammad Rasulullah saw.. Mari kita kupas bersama rahasia yang tersembunyi di balik keenam wasiat tersebut satu persatu. Bismillah....

RAHASIA WASIAT SUCI PERTAMA

_Puasa Tiga Hari Pada Tiap Bulan_

Bagaikan Puasa sepanjang masa
مَنْ صَامَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ تَصْدِيقَ ذَلِكَ فِي كِتَابِهِ { مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا } الْيَوْمُ بِعَشْرَةِ أَيَّامٍ .
“Barangsiapa yang berpuasa tiga hari pada tiap bulan, maka yang demikian itu bagaikan puasa sepanjang masa.” Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat yang membenarkan hal tersebut dalam kitabnya (Al-Qur’an) “Barangsiapa yang berbuat kebaikan, maka baginya pahala sepuluh kali semisalnya” (maksudnya) satu hari (dihitung) dengan sepuluh hari. HR At-Tirmidzi dari Abu Dzar [4], hadits shahih.

RAHASIA WASIAT SUCI KEDUA

_Shalat Dluha_

Ciri Ahli Taubat
« لاَ يُحَافِظُ عَلىَ صَلاَةِ الضُّحَى إِلاَّ أَوَّاب » قال : « وَهِيَ صَلاَةُ اْلأَوَّابِيْن »
“Tidaklah melazimi shalat dluha melainkan ahli taubat (orang yang senantiasa bertaubat kepada Allah). Dan ia merupakan shalatnya para ahli taubat.” HR Al-Hakim [5] dari Abu Hurairah ra, hadits hasan.
Ahli Taubat Shalat di waktu terik matahari mulai panas
صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ .
“Shalat para ahli taubat adalah saat unta-unta kecil itu mulai kepanasan (karena tersengat terik matahari).” HR Muslim [6] dari Zaid bin Arqam.
Jumlah Rekaat Shalat Dluha
عَنْ مُعَاذَةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي صَلَاةَ الضُّحَى قَالَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيدُ مَا شَاءَ .
Muadzah ra. pernah bertanya kepada Aisyah ra. tentang berapa rekaat Shalat Dluha yang dilakukan Rasulullah saw. Aisyah menjawab: “Empat Rekaat, dan kadang-kadang menambah sekehendak beliau.” HR Muslim [7].
Mencukupi Sedekah Kewajiban Sedekah atas Setiap Ruas
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى .
“Tiap-tiap ruas salah seorang dari kalian itu berpagi-pagi dengan beban sedekah padanya. (ketahuilah) Setiap ucapan tasbih itu merupakan sedekah. Setiap ucapan tahmid itu merupakan sedekah. Setiap ucapan tahlil itu merupakan sedekah. Setiap ucapan takbir merupakan sedekah. Amar makruf dan Nahi Munkar juga merupakan sedekah. Dan mencukupi semua (kewajiban/beban sedekah) itu dengan shalat dua rekaat di waktu dluha.” HR Muslim [8] .
Jaminan Kecukupan dari Allah
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ  .
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Wahai keturunan Adam, janganlah engkau tinggalkan shalat empat rekaat di permulaan siangmu, niscaya aku cukupi engkau hingga akhirnya (siang).” HR Abu Dawud [9] dari Nu’aim bin Hammar ra, hadits shahih.
Sebagian ulama menafsirkan “Aku Cukupi.. (Akfika)” bahwa Allah menjaganya dari gangguan dan segala kejadian yang membawa madlarat. Ada yang mengatakan juga, bahwa Allah menjaganya dari terjerumus kepada perbuatan dosa dan Allah akan memberikan maaf ketika dia ternyata melakukan dosa tersebut, wallahu a’lam.
Bangunan Megah nan Indah di Jannah
" مَنْ صَلَّى الضُّحَى أَرْبَعًا، وَقَبْلَ الأُولَى أَرْبَعًا بنيَ لَهُ بِهَا بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ ".
“Barangsiapa shalat Dluha empat rekaat dan sebelum dhuhur empat rekaat, niscaya Allah membangun baginya sebuah rumah di dalam jannah.” HR At-Thabarani dalam Al-Ausath [10] dari Abu Musa ra, hadits hasan.

RAHASIA WASIAT SUCI KETIGA

_Witir Sebelum Tidur_

Kenapa Rasulullah Berwasiat kepada Abu Hurairah supaya Shalat Witir sebelum Tidur?! (Lihat hal. 1)
Dalam kitab Aunul Ma’bud (3/365) Syarah Abu Dawud dinyatakan:
إِنَّمَا أَمَرَهُ بِتَقْدِيمِ الْوِتْر عَلَى النَّوْم لِأَنَّهُ كَانَ لَا يَثِقُ عَلَى الِانْتِبَاهِ .
Nabi menyuruhnya (Abu Hurairah) untuk mendahulukan shalat witir sebelum tidur karena dia tidak dapat (mampu) bangun (untuk shalat witir di akhir waktu malam).
Mayoritas ulama berpendapat bahwa orang yang tidak mampu bangun di akhir waktu malam untuk shalat witir, maka dihasung untuk mendahulukan shalat witir sebelum tidur. Adapun orang yang yakin bahwa dia mampu bangun di bagian waktu malam yang terakhir maka shalat witir di akhir malam itu lebih  afdlal baginya, wallahu a’lam.
Witir di Akhir Malam lebih Afdlal dan Disaksikan oleh Malaikat Rahmat
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ .
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang takut tidak dapat bangun di akhir malam, maka hendaklah dia shalat witir di awal malam. Dan barangsiapa yang berkeinginan kuat (yakin) untuk dapat bangun di akhir malam, maka hendaklah dia shalat witir di akhir malam. Sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan [11] dan itu lebih afdlal (utama). HR Muslim [12] dari Jabir ra.
Shalat Witir Merupakan Sunnah Rasulullah saw. dan Disukai oleh Allah
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ الْوِتْرُ لَيْسَ بِحَتْمٍ كَصَلَاتِكُمْ الْمَكْتُوبَةِ وَلَكِنْ سَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ .
Ali ra. Berkata, Shalat witir itu tidak wajib sebagaimana shalat maktubah, akan tetapi Rasulullah saw. menyunahkannya. Dan beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu witir (Esa, tidak ada yang menyerupainya dan tidak ada sekutu baginya), menyukai shalat witir. Maka lakukanlah shalat witir wahai pemilik Al-Qur`an.” HR At-Tirmidzi [13] dari Ali ra, hadits shahih.
Allah menyukai shalat witir artinya Allah akan menerimanya dan memberikan pahala kepada orang yang mau melakukannya.
Ahli Al-Qur`an yang dimaksud adalah orang-orang beriman. Siapa saja yang beriman terhadap Al-Qur`an, maka dia termasuk di dalamnya. Sama saja dia pernah/bisa membacanya ataupun tidak. Adapun yang dinamakan ahli Al-Qur`an yang sempurna adalah orang yang bisa membacanya, menghafalnya, memahami isinya dan mengamalkannya.


[1] Shahih Al-Bukhari, jld. 1, jz. 2, hal. 247, h. 1178.
[2] Shahih Muslim, jz. 1, hal. 499, h. 85/721.
[3] Shahih Muslim, jz. 3, hal. 2025, h. 143.
[4] Sunan At-Tirmidzi, jz. 4, hal. 83, h. 762.
[5] Al-Hakim, jz. 1, hal. 424, h. 1211.
[6] Shahih Muslim, jz. 1, hal. 515, h. 143/748.
[7] Shahih Muslim, jz. 1, hal. 497, h. 78/719.
[8] Shahih Muslim, jz. 1, hal. 498-499, h. 84/720.
[9] Sunan Abu Dawud, jz. 2, hal. 558-559, h. 1289.
[10] Al-Mu’jam Al-Ausath, h. 4753 (Maktabah Syamilah)
[11] Disaksikan oleh Malaikat Rahmat (lihat Syarah Nawawi ala shahih Muslim: jz. 3, hal. 93)
[12] Shahih Muslim, jz. 1, hal. 520, h. 162/755.
[13] Sunan At-Tirmidzi, jz. 2, hal. 244, h. 452.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About